Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Janganlah kamu membenai para tamu, kemudian kamu membenci dia. Barangsiapa yang membuat benci para tamu, maka ia sungguh membuat benci Allah. Dan barangsiapa yang membuat benci Allah, maka Allah akan membencinya".
Nabi SAW bersabda:
"Tidak ada kebajikan bagi orang yang tidak menjamu (menyuguhi) para tamu".
Abu Rafi' yang dimerdekakan berkata bahwa ada seorang pria bertamu kepada Nabi SAW dan beliau SAW berkata:
"Katakanlah disisiku, dan hendaklah ia menghutangi sedikit tepung dengan masa sampai Rajab".
Yahudi itu berkata:
"Demi Allah, aku tidak akan menghutanginya kecuali dengan jaminan".
Kemudian aku mengkabarkan kepada beliau SAW, beliau SAW langsung bersabda:
"Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang benar-benar terpercaya di langit dan di bumi. Dan andaikan dia memberiku hutang, aku pasti membayarnya. Pergilah dan bawalah rompiku, dan gadaikan untuk dia".
Al Kisah:
Ibrahim kekasih Allah; bila ia mau makan, ia keluar sejauh 1 mil atau 2 mil untuk mencari orang yang bisa diajak makan bersamanya. Ia memperoleh julukan Abudl-Dloifan (bapaknya tamu) disebabkan kesungguhannya menjamu tamu. Dan ketenaran menjamu tamu terasa sampai sekarang. Ia tidak pernah semalam pun kecuali makan bersama 1 orang, 1 golongan, 3 sampai 10 orang, bahkan 100 orang. Para pengurusnya sampai berkata:
"Sungguh semalam pun tidak pernah sepi dari tamu".
Nabi SAW pernah ditanya:
"Apa yang disebut iman".
Nabi SAW bersabda:
"Memberi makan dan salam".
Nabi SAW menerangkan kafarat dan derajat memberi makan dan shalat di malam hari ketika para orang tidur pulas. Beliau SAW ditanya mengenai haji mabrur, sabdanya:
"Memberi makan dan bagus dalam berbicara".
Annas RA berkata:
"Setiap rumah yang tidak dimasuki tamu, tidak pula malaikat memasukinya".
Hadits-hadits mengenai keutamaan menjamu tamu amat banyak sekali. Indahnya kata orang:
"Mengapa aku tidak suka terhadap tamu dan tidak puas terhadap orang yang mencintai tamu. Tamu dihadapanku adalah pembawa rizki, dan karenanya ia bersyukur kepadaku".
Kata seorang Hukama:
"Tidak sempurna perbuatan seseorang kecuali disertai manisnya wajah, indah kata-katanya dan kelembutan bertamu".
Sebaiknya orang yang mengundang (ketika punya hajat atau yang lain) tidak mengutamakan orang-orang fasik, namun mengutamakan undangan terhadap orang-orang bertaqwa. Nabi SAW bersabda:
"Semoga makananmu yang bagus-bagus berada dalam do'anya orang-orang bertaqwa terhadap sebagian orang yang dido'akan".
Nabi SAW bersabda:
"Janganlah engkau makan kecuali bersama orang-orang bertaqwa, dan janganlah engkau berikan makananmu kecuali kepada orang-orang bertaqwa. Hendaklah engkau lebih mengutamakan orang fakir daripada orang-orang kaya".
Nabi SAW bersabda:
"Sejelek-jelek makanan ialah makanan walimah yang mengutamakan undangan orang kaya, bukan mengundang orang fakir".
Sebaiknya ia tidak mengabaikan kerabatnya, sebab dengan mengabaikan mereka sama dengan membuat resah dan memutuskan hubungan silaturrahmi. Pandanglah para teman dan kenalan, jangan mengistimewakan sebagian mereka, sebab membuat hati mereka kecewa. Dalam undangan itu seharusnya tidak terlalu berbangga dan istimewa, namun yang baik ialah membuat hati mereka senang dan mengikuti sunnah Nabi SAW yang selalu membuat hati gembira orang-orang mukmin. Janganlah mengundang orang yang berat untuk terpaksa hadir. Bagaimanapun ia akan merasa terganggu diantara sekian para hadirin dikarenakan adanya sebab diantara beberapa sebab.
Janganlah mengundang kecuali orang yang sering memenuhi undangan. Kata Sufyan:
"Barangsiapa yang mengundang pada suatu jamuan, dimana ia benci oleh para undangan lainnya, maka ia memperoleh 1 kesalahan karena ia sama dengan mendorong orang itu untuk makan dalam keadaan benci".
Seorang pria tukang jahit berkata kepada Ibnu Mubarrok:
"Aku sering menjahit pakaian para sultan, lalu apa yang kamu khawatirkan tentang aku yang termasuk membantu orang-orang dzalim".
Dia menjawab:
"Tidak. Sesungguhnya penolong orang dzalim ialah yang menjual benang dan jarum padamu. Adapun engkau termasuk yang mendzalimi mereka".
Menghadiri undangan hukumnya Sunnah Mu'akkad. Bahkan ada yang mengatakan 'Wajib', dalam beberapa tempat tertentu. Nabi SAW bersabda:
"Andaikan aku diundang untuk makan kaki binatang tentu aku memenuhinya, dan andai aku dihadiahi sebuah tangan (sampil; jawa) pasti aku menerimanya".
Memenuhi undangan ada 5 sopan santun yang pernah diterangkan dalam Kitab Ihya' Ulumuddin, dan beberapa kitab yang lain.
"Janganlah kamu membenai para tamu, kemudian kamu membenci dia. Barangsiapa yang membuat benci para tamu, maka ia sungguh membuat benci Allah. Dan barangsiapa yang membuat benci Allah, maka Allah akan membencinya".
Nabi SAW bersabda:
"Tidak ada kebajikan bagi orang yang tidak menjamu (menyuguhi) para tamu".
Abu Rafi' yang dimerdekakan berkata bahwa ada seorang pria bertamu kepada Nabi SAW dan beliau SAW berkata:
"Katakanlah disisiku, dan hendaklah ia menghutangi sedikit tepung dengan masa sampai Rajab".
Yahudi itu berkata:
"Demi Allah, aku tidak akan menghutanginya kecuali dengan jaminan".
Kemudian aku mengkabarkan kepada beliau SAW, beliau SAW langsung bersabda:
"Demi Allah, sesungguhnya aku adalah orang yang benar-benar terpercaya di langit dan di bumi. Dan andaikan dia memberiku hutang, aku pasti membayarnya. Pergilah dan bawalah rompiku, dan gadaikan untuk dia".
Al Kisah:
Ibrahim kekasih Allah; bila ia mau makan, ia keluar sejauh 1 mil atau 2 mil untuk mencari orang yang bisa diajak makan bersamanya. Ia memperoleh julukan Abudl-Dloifan (bapaknya tamu) disebabkan kesungguhannya menjamu tamu. Dan ketenaran menjamu tamu terasa sampai sekarang. Ia tidak pernah semalam pun kecuali makan bersama 1 orang, 1 golongan, 3 sampai 10 orang, bahkan 100 orang. Para pengurusnya sampai berkata:
"Sungguh semalam pun tidak pernah sepi dari tamu".
Nabi SAW pernah ditanya:
"Apa yang disebut iman".
Nabi SAW bersabda:
"Memberi makan dan salam".
Nabi SAW menerangkan kafarat dan derajat memberi makan dan shalat di malam hari ketika para orang tidur pulas. Beliau SAW ditanya mengenai haji mabrur, sabdanya:
"Memberi makan dan bagus dalam berbicara".
Annas RA berkata:
"Setiap rumah yang tidak dimasuki tamu, tidak pula malaikat memasukinya".
Hadits-hadits mengenai keutamaan menjamu tamu amat banyak sekali. Indahnya kata orang:
"Mengapa aku tidak suka terhadap tamu dan tidak puas terhadap orang yang mencintai tamu. Tamu dihadapanku adalah pembawa rizki, dan karenanya ia bersyukur kepadaku".
Kata seorang Hukama:
"Tidak sempurna perbuatan seseorang kecuali disertai manisnya wajah, indah kata-katanya dan kelembutan bertamu".
Sebaiknya orang yang mengundang (ketika punya hajat atau yang lain) tidak mengutamakan orang-orang fasik, namun mengutamakan undangan terhadap orang-orang bertaqwa. Nabi SAW bersabda:
"Semoga makananmu yang bagus-bagus berada dalam do'anya orang-orang bertaqwa terhadap sebagian orang yang dido'akan".
Nabi SAW bersabda:
"Janganlah engkau makan kecuali bersama orang-orang bertaqwa, dan janganlah engkau berikan makananmu kecuali kepada orang-orang bertaqwa. Hendaklah engkau lebih mengutamakan orang fakir daripada orang-orang kaya".
Nabi SAW bersabda:
"Sejelek-jelek makanan ialah makanan walimah yang mengutamakan undangan orang kaya, bukan mengundang orang fakir".
Sebaiknya ia tidak mengabaikan kerabatnya, sebab dengan mengabaikan mereka sama dengan membuat resah dan memutuskan hubungan silaturrahmi. Pandanglah para teman dan kenalan, jangan mengistimewakan sebagian mereka, sebab membuat hati mereka kecewa. Dalam undangan itu seharusnya tidak terlalu berbangga dan istimewa, namun yang baik ialah membuat hati mereka senang dan mengikuti sunnah Nabi SAW yang selalu membuat hati gembira orang-orang mukmin. Janganlah mengundang orang yang berat untuk terpaksa hadir. Bagaimanapun ia akan merasa terganggu diantara sekian para hadirin dikarenakan adanya sebab diantara beberapa sebab.
Janganlah mengundang kecuali orang yang sering memenuhi undangan. Kata Sufyan:
"Barangsiapa yang mengundang pada suatu jamuan, dimana ia benci oleh para undangan lainnya, maka ia memperoleh 1 kesalahan karena ia sama dengan mendorong orang itu untuk makan dalam keadaan benci".
Seorang pria tukang jahit berkata kepada Ibnu Mubarrok:
"Aku sering menjahit pakaian para sultan, lalu apa yang kamu khawatirkan tentang aku yang termasuk membantu orang-orang dzalim".
Dia menjawab:
"Tidak. Sesungguhnya penolong orang dzalim ialah yang menjual benang dan jarum padamu. Adapun engkau termasuk yang mendzalimi mereka".
Menghadiri undangan hukumnya Sunnah Mu'akkad. Bahkan ada yang mengatakan 'Wajib', dalam beberapa tempat tertentu. Nabi SAW bersabda:
"Andaikan aku diundang untuk makan kaki binatang tentu aku memenuhinya, dan andai aku dihadiahi sebuah tangan (sampil; jawa) pasti aku menerimanya".
Memenuhi undangan ada 5 sopan santun yang pernah diterangkan dalam Kitab Ihya' Ulumuddin, dan beberapa kitab yang lain.
Bantu Klik Iklan Dibawah Ya, Terima Kasih atas Bantuannya
Tag :
kisah islami
5 Komentar untuk "Keutamaan Menjamu Orang Fakir"
postingan yang bagus tentang keutamaan menjamu orang fakir
pada zaman Nabi saw. orang yang miskin itu sangat dimulyakan
Makasih kang
aku suka semua artikel dari bang Ahmad Fazri,minta ijin copass yach bang
Silahkan bang. Semoga artikel disini bermanfaat untuk kita semua ya
Silahkan Beri Komentar Pada Setiap Postingan Disini Karena Komentar Anda Sangat Berarti Demi Kepentingan Bersama dan Blog ini Tapi Alangkah Baik dan Indahnya Jika Berkomentar Dengan Adab dan Sopan Santun. Jika artikel ini bermanfaat, mohon bantu di share ya dan tolong bantu klik iklannya.
"Please, Don't SPAM"