Sufyan berpendapat bahwa cinta ialah mengikuti jejak Nabi SAW. Lainnya berpendapat:
"Cinta pasti selalu dzikir".
Ada yang berpendapat:
"Mengutamakan Dzat yang dicintai".
Dan sebagian ulama berkata:
"Merasa tidak nyaman di dunia".
Dan semua ini buah daripada isyarah cinta dan hakekatnya, mereka tidak menerangkan.
Sebagian ulama berpendapat:
"Cinta merupakan sebuah arti dari orang yang dicintai, dimana hanya hati yang mampu merasakan dan tidak mungkin lidah mampu mengungkapkan".
Dzun Nun berkata:
Katakanlah kepada orang yang menampakkan kecintaannya kepada Allah:
"Takutlah kalian akan kehinaan menghadapi selain Allah".
Rabi'ah Al Adawiyah suatu hari berkata:
"Siapakah yang menunjukkan kami pada kekasih kami".
Pelayan wanitanya berkata:
"Kekasih kita selalu bersama kami".
Benar. Hanya saja dunia telah memisahkan kita dari-Nya.
Kata Ibnu Jala-i Rahimakumullah:
Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Isa AS:
"Bila AKU menjenguk hati seorang hamba, ternyata AKU tidak menemukan cintanya terhadap dunia maupun akherat, maka AKU akan memenuhinya dengan cinta-KU dan AKU selalu menjaganya".
As Sari berkata:
"Barangsiapa yang cinta kepada Allah, dia akan hidup. Barangsiapa yang condong kepada dunia, maka dunia akan lunglai seperti orang tolol pergi pagi dan pulang sore penuh kesia-siaan. Sedangkan bagi orang berakal selalu meneliti kekurangan-kekurangannya".
Adapun "Latihan Jiwa" atau meneliti diri sendiri, dalam hal ini Allah berfirman:
"Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah (tiap-tiap) orang memperhatikan apa yang diusahakan untuk hari esok (hari akherat),,, (QS.59 Al Hasyr:18)".
Ini merupakan peringatan isyarah untuk meneliti diri sendiri (amal) yang telah lalu. Sehingga Umar RA berkata:
"Hitunglah dirimu sebelum engkau dihitung (dihisab) dan timbanglah sebelum engkau ditimbang".
Ada hadits:
Sesungguhnya Nabi SAW didatangi seorang lelaki dan berkata:
"Ya Rasul, berilah aku wasiat".
Nabi SAW lantas bersabda:
"Apa kamu minta wasiat".
Kata lelaki:
"Ya".
Nabi SAW bersabda:
"Kalau kamu ingin mengerjakan sesuatu, pertimbangkanlah dulu akibatnya. Kalau benar, teruskanlah, kalau salah, hentikan".
Dalam hadits menyebutkan bahwa orang berakal seharusnya memiliki 4 fase: diantara fase ialah memperhitungkan (meneliti) diri sendiri. Allah SWT berfirman:
"Bertobatlah kalian semua kepada Allah, hai orang-orang beriman, mudah-mudahan kamu memperoleh kemenangan. (QS.24:31)".
Tobat ialah meneliti perbuatannya setelah melakukan (dosa) dengan cara menyesali. Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya aku mohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya dalam seharinya 100X".
Allah SWT berfirman:"Sesungguhnya orang-orang bertaqwa bila mereka disentuh was-was syetan, mereka ingat kepada Allah, lalu mereka melihat (kebenaran). (QS.7 Al A'raf:201)".
Makmun bin Muhran berkata:
"Seorang hamba tidak masuk dalam golongan orang-orang bertaqwa sampai dia meneliti dirinya dengan teliti daripada meneliti dagangannya, karena 2 hal yang berhubungan (kerja misalnya) akan selalu meneliti pekerjaan masing-masing". (dst).
FirmanNya:
"Dan Aku bersumpah dengan nafsu yang pencela".
Hasan berkata:
"Seorang mukmin tidak akan menemukan diri sendiri kecuali mencela dirinya. Apa yang kamu harapkan dari pembicaraanku, makananku dan minumanku".
Padahal orang yang menyeleweng melangkahkan kaki tanpa mencela diri sendiri.
Malik bin Dinar RA berkata:
Semoga Allah melimpahkan Rahmat terhadap yang berkata terhadap dirinya:
"Bukankah kamu sudah memiliki ini,,, bukankah kamu sudah memiliki itu,,,".
Lalu dia mencela, mengendalikan diri dan memaksa untuk mengambil Kitab Allah SWT, sebab dia adalah petunjuk".
Ini termasuk mencela diri sendiri.
Kata Maimun bin Muhran:
"Orang yang bertaqwa lebih keras meneliti diri sendiri daripada seorang raja yang menganiaya dan daripada kawan dagang yang pelit".
Ibrahim At Taimi berkata:
"Aku membayangkan diriku dalam surga; aku makan buah-buahnya dan minum sungai-sungainya dan memeluk gadis-gadis bidadarinya. Lalu aku membayangkan diriku dalam neraka; aku makan buah zaqum, minum nanah, menghadapi rantai dan belenggu. Aku berkata pada diriku:
"Hai diriku, mana yang kamu inginkan".
Kataku:
"Aku ingin dikembalikan ke dunia dan beramal shaleh".
Kataku:
"Kalau begitu, kamu dalam angan-angan kosong, maka beramallah".
Kata Malik bin Dinar:
Aku mendengar Al Hajjah berkhutbah:
"Mudah-mudahan Allah mencurahkan Rahmat terhadap orang yang meneliti dirinya sebelum diteliti oleh tangan orang lain. Semoga Allah mencurahkan Rahmat buat orang yang memegang teguh amalnya dan memperhatikan apa yang diharapkan dari amal itu. Semoga Allah mencurahkan Rahmat buat orang yang mempertimbangkan timbangannya".
Tiada henti-hentinya dia menasehati sampai-sampai aku menangis.
"Cinta pasti selalu dzikir".
Ada yang berpendapat:
"Mengutamakan Dzat yang dicintai".
Dan sebagian ulama berkata:
"Merasa tidak nyaman di dunia".
Dan semua ini buah daripada isyarah cinta dan hakekatnya, mereka tidak menerangkan.
Sebagian ulama berpendapat:
"Cinta merupakan sebuah arti dari orang yang dicintai, dimana hanya hati yang mampu merasakan dan tidak mungkin lidah mampu mengungkapkan".
Dzun Nun berkata:
Katakanlah kepada orang yang menampakkan kecintaannya kepada Allah:
"Takutlah kalian akan kehinaan menghadapi selain Allah".
Rabi'ah Al Adawiyah suatu hari berkata:
"Siapakah yang menunjukkan kami pada kekasih kami".
Pelayan wanitanya berkata:
"Kekasih kita selalu bersama kami".
Benar. Hanya saja dunia telah memisahkan kita dari-Nya.
Kata Ibnu Jala-i Rahimakumullah:
Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Isa AS:
"Bila AKU menjenguk hati seorang hamba, ternyata AKU tidak menemukan cintanya terhadap dunia maupun akherat, maka AKU akan memenuhinya dengan cinta-KU dan AKU selalu menjaganya".
As Sari berkata:
"Barangsiapa yang cinta kepada Allah, dia akan hidup. Barangsiapa yang condong kepada dunia, maka dunia akan lunglai seperti orang tolol pergi pagi dan pulang sore penuh kesia-siaan. Sedangkan bagi orang berakal selalu meneliti kekurangan-kekurangannya".
Adapun "Latihan Jiwa" atau meneliti diri sendiri, dalam hal ini Allah berfirman:
"Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah (tiap-tiap) orang memperhatikan apa yang diusahakan untuk hari esok (hari akherat),,, (QS.59 Al Hasyr:18)".
Ini merupakan peringatan isyarah untuk meneliti diri sendiri (amal) yang telah lalu. Sehingga Umar RA berkata:
"Hitunglah dirimu sebelum engkau dihitung (dihisab) dan timbanglah sebelum engkau ditimbang".
Ada hadits:
Sesungguhnya Nabi SAW didatangi seorang lelaki dan berkata:
"Ya Rasul, berilah aku wasiat".
Nabi SAW lantas bersabda:
"Apa kamu minta wasiat".
Kata lelaki:
"Ya".
Nabi SAW bersabda:
"Kalau kamu ingin mengerjakan sesuatu, pertimbangkanlah dulu akibatnya. Kalau benar, teruskanlah, kalau salah, hentikan".
Dalam hadits menyebutkan bahwa orang berakal seharusnya memiliki 4 fase: diantara fase ialah memperhitungkan (meneliti) diri sendiri. Allah SWT berfirman:
"Bertobatlah kalian semua kepada Allah, hai orang-orang beriman, mudah-mudahan kamu memperoleh kemenangan. (QS.24:31)".
Tobat ialah meneliti perbuatannya setelah melakukan (dosa) dengan cara menyesali. Nabi SAW bersabda:
"Sesungguhnya aku mohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya dalam seharinya 100X".
Allah SWT berfirman:"Sesungguhnya orang-orang bertaqwa bila mereka disentuh was-was syetan, mereka ingat kepada Allah, lalu mereka melihat (kebenaran). (QS.7 Al A'raf:201)".
Makmun bin Muhran berkata:
"Seorang hamba tidak masuk dalam golongan orang-orang bertaqwa sampai dia meneliti dirinya dengan teliti daripada meneliti dagangannya, karena 2 hal yang berhubungan (kerja misalnya) akan selalu meneliti pekerjaan masing-masing". (dst).
FirmanNya:
"Dan Aku bersumpah dengan nafsu yang pencela".
Hasan berkata:
"Seorang mukmin tidak akan menemukan diri sendiri kecuali mencela dirinya. Apa yang kamu harapkan dari pembicaraanku, makananku dan minumanku".
Padahal orang yang menyeleweng melangkahkan kaki tanpa mencela diri sendiri.
Malik bin Dinar RA berkata:
Semoga Allah melimpahkan Rahmat terhadap yang berkata terhadap dirinya:
"Bukankah kamu sudah memiliki ini,,, bukankah kamu sudah memiliki itu,,,".
Lalu dia mencela, mengendalikan diri dan memaksa untuk mengambil Kitab Allah SWT, sebab dia adalah petunjuk".
Ini termasuk mencela diri sendiri.
Kata Maimun bin Muhran:
"Orang yang bertaqwa lebih keras meneliti diri sendiri daripada seorang raja yang menganiaya dan daripada kawan dagang yang pelit".
Ibrahim At Taimi berkata:
"Aku membayangkan diriku dalam surga; aku makan buah-buahnya dan minum sungai-sungainya dan memeluk gadis-gadis bidadarinya. Lalu aku membayangkan diriku dalam neraka; aku makan buah zaqum, minum nanah, menghadapi rantai dan belenggu. Aku berkata pada diriku:
"Hai diriku, mana yang kamu inginkan".
Kataku:
"Aku ingin dikembalikan ke dunia dan beramal shaleh".
Kataku:
"Kalau begitu, kamu dalam angan-angan kosong, maka beramallah".
Kata Malik bin Dinar:
Aku mendengar Al Hajjah berkhutbah:
"Mudah-mudahan Allah mencurahkan Rahmat terhadap orang yang meneliti dirinya sebelum diteliti oleh tangan orang lain. Semoga Allah mencurahkan Rahmat buat orang yang memegang teguh amalnya dan memperhatikan apa yang diharapkan dari amal itu. Semoga Allah mencurahkan Rahmat buat orang yang mempertimbangkan timbangannya".
Tiada henti-hentinya dia menasehati sampai-sampai aku menangis.
Bantu Klik Iklan Dibawah Ya, Terima Kasih atas Bantuannya
Tag :
kisah islami
0 Komentar untuk "Cinta dan Latihan Jiwa"
Silahkan Beri Komentar Pada Setiap Postingan Disini Karena Komentar Anda Sangat Berarti Demi Kepentingan Bersama dan Blog ini Tapi Alangkah Baik dan Indahnya Jika Berkomentar Dengan Adab dan Sopan Santun. Jika artikel ini bermanfaat, mohon bantu di share ya dan tolong bantu klik iklannya.
"Please, Don't SPAM"