Khalifah yang sangat masyhur itu berbaring dirumahnya teramat sederhana, diatas kasurnya yang tipis, kemudian disaat itu masuklah anak pamannya menemuinya Malamah bin Abdul Malik seraya berkata:
"Wahai Amirul Mukminin, tidakkah Anda akan berwasiat perihal putra-putri Anda? Mereka banyak jumlahnya, sedangkan selama ini anda telah menelantarkannya dan kini anda tidak meninggalkan apapun kepada mereka"
"Wahai Amirul Mukminin, tidakkah Anda akan berwasiat perihal putra-putri Anda? Mereka banyak jumlahnya, sedangkan selama ini anda telah menelantarkannya dan kini anda tidak meninggalkan apapun kepada mereka"
Tanya Amirul Mukminin:
"Apakah saya memang mempunyai sesuatu yang dapat saya wasiatkan untuk mereka?"
Tanya Amirul Mukminin lagi:
"Atau kamu mau menghendaki agar saya memberikan harta umat kepada mereka?"
"Apakah saya memang mempunyai sesuatu yang dapat saya wasiatkan untuk mereka?"
Tanya Amirul Mukminin lagi:
"Atau kamu mau menghendaki agar saya memberikan harta umat kepada mereka?"
Tegas Amirul Mukminin:
"Demi Allah, saya tidak memberikan hak orang lain kepada mereka! Mereka boleh memilih salah satu diantara dua: tetap menjadi orang yang shaleh dan niscaya Allah akan melindungi mereka atau menjadi orang-orang yang tidak shaleh dan saya tidak akan meninggalkan sesuatu pun yang akan membantu mereka berbuat maksiat kepada Allah."
"Demi Allah, saya tidak memberikan hak orang lain kepada mereka! Mereka boleh memilih salah satu diantara dua: tetap menjadi orang yang shaleh dan niscaya Allah akan melindungi mereka atau menjadi orang-orang yang tidak shaleh dan saya tidak akan meninggalkan sesuatu pun yang akan membantu mereka berbuat maksiat kepada Allah."
Disaat sakitnya semakin berat, kemudian diperintahkannya untuk memanggil semua anaknya agar mereka menemuinya. Dengan tergesa-gesa mereka pun datang menemuinya, anaknya yang berjumlah 12 itu. Semuanya dalam keadaan terlantar, tubuh mereka lunglai dengan rambut yang kusut masai. Sementara wajah-wajah mereka yang kuyu telah merusak keelokan dan kecantikan wajah mereka. Mereka duduk mengelilinginya. Satu per satu ditatapnya wajah mereka dengan pandangan penuh kasih sayang. Air matanya jatuh berderai, kemudian khalifah memberi nasehat yang diucapkannya secara terbata-bata kepada mereka:
"Anakku sekalian, Ayahmu diberi salah satu diantara dua pilihan. Kalian hidup kaya tetapi masuk neraka atau kalian hidup miskin tetapi masuk surga. Maka ayahmu lebih suka menitipkan kalian kepada Allah yang telah menurunkan Kitab dan Dia akan melindungi orang-orang yang shaleh"
"Anakku sekalian, Ayahmu diberi salah satu diantara dua pilihan. Kalian hidup kaya tetapi masuk neraka atau kalian hidup miskin tetapi masuk surga. Maka ayahmu lebih suka menitipkan kalian kepada Allah yang telah menurunkan Kitab dan Dia akan melindungi orang-orang yang shaleh"
Saat itu pandangannya kelihatan berbinar-binar yang sedang air mukanya berseri-seri. Kemudian kedua matanya ditujukan kearah pintu dengan pandangan yang penuh arti, seakan-akan sedang memandang tamu-tamu yang sangat dihormati. Ia tersenyum dengan putra-putrinya, kepada ibunya yang amat dimuliakannya, serta kepada istrinya yang setia. Kemudian mempersilahkan mereka untuk meninggalkan dirinya.
Sepeninggal mereka, Amirul Mukminin mengangkat kedua tangannya, seakan-akan sedang menyambut dan mempersilahkan kedatangan tamu yang sudah lama dinanti-nantikannya. Memang benar, saat itu rombongan malaikat suci, hamba-hamba Allah yang dekat kepada-Nya telah datang menjemputnya menuju tempat pelantikan yang telah disediakan baginya, tempat yang abadi, surga Allah taman Firdaus.
Orang-orang yang berada diluar kamarnya, samar-samar mendengar Amirul Mukminin sedang membaca ayat suci yang mulia dan agung:
"Kebahagiaan di kampung akherat itu Kami sediakan hanya bagi mereka yang tidak suka menyombongkan diri dan melakukan kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah orang-orang yang taqwa. (QS.Al Qashas:83)
"Kebahagiaan di kampung akherat itu Kami sediakan hanya bagi mereka yang tidak suka menyombongkan diri dan melakukan kerusakan di muka bumi. Dan kesudahan yang baik itu adalah orang-orang yang taqwa. (QS.Al Qashas:83)
Saat itu pula sahabat karibnya yang jadi penasehatnya Raja' bin Haiwah, melihat Amirul Mukminin mengulang-ulang ayat itu dan tak lama kemudian, nafasnya berhenti berdetak dan pergi untuk selama-lamanya dengan wajahnya yang tersenyum. Itulah akhir kehidupan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Bantu Klik Iklan Dibawah Ya,, Terima Kasih Atas Bantuannya
1 Klik-an Sangat Berarti Untuk Kepentingan Blog Ini
1 Klik-an Sangat Berarti Untuk Kepentingan Blog Ini
Tag :
kisah islami
1 Komentar untuk "Kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz"
Bagus banget infonya
Silahkan Beri Komentar Pada Setiap Postingan Disini Karena Komentar Anda Sangat Berarti Demi Kepentingan Bersama dan Blog ini Tapi Alangkah Baik dan Indahnya Jika Berkomentar Dengan Adab dan Sopan Santun. Jika artikel ini bermanfaat, mohon bantu di share ya dan tolong bantu klik iklannya.
"Please, Don't SPAM"