SHALATUL KHAUF / SHALAT KETIK TAKUT ADA BAHAYA
Cara shalat ketika sangat dikhawatirkan kemungkinan ada bahaya terjadi sewaktu sedang shalat. Umpama di waktu peperangan bagi tentara yang masuk medan perang setiap waktu ada kemungkinan berkobarnya pertempuran yang datang dari pihak musuh. Cara shalat ketika itu diatur berbeda dari shalat di waktu aman. Cara itulah yang di maksud pada artikel ini.
Cara yang dijalankan oleh Rasulullah SAW berbeda-beda riwayatnya. Sebagian Ahli Hadits meriwayatkan 3 cara dan yang lain 10 macam dan ada pula yang meriwayatkan 16 cara, bahkan ada pula yang meriwayatkan 24 cara. Semua perbedaan itu mungkin telah dikerjakan oleh Rasulullah SAW karena berbeda keadaan di waktu-waktu itu, yang dimaksud ialah shalat wajib dikerjakan sebaik mungkin dan penjagaan serta perlawanan terhadap musuh tidak dapat dilalaikan atau disia-siakan.
Disini hanya akan digambarkan 3 cara yang dikerjakan beliau dengan tidak membantah cara-cara yang lain, apabila benar-benar riwayat yang sah dari Rasulullah SAW.
1. Cara yang pertama ketika musuh tidak berada di sebelah kiblat dan kita tidak merasa aman akan di gempur oleh musuh serta tentara kaum muslimin lebih banyak. Dengan arti jika hanya dengan sebagian tentara muslimin musuh dapat dihadapi (dilawan). Dalam keadaan seperti ini hendaklah pemimpin pertempuran membagi prajurit-prajuritnya atas dua bagian, sebagian berdiri menjaga di sebelah musuh dan sebagian yang lain shalat mengikut imam satu raka'at. Apabila imam telah berdiri pada raka'at kedua, bagian ini meneruskan shalat masing-masing untuk menyempurnakan raka'at kedua dan sesudah mereka memberi salam mereka terus pergi ke pihak musuh untuk menjaga musuh dan bagian lain yang tadinya menjaga musuh terus shalat mengikut imam yang sedang menunggu.
Kemudian imam meneruskan shalat raka'at kedua bersama-sama mereka, apabila imam duduk untuk membaca tasyahud, mereka yang baru shalat satu raka'at meneruskan shalat masing-masing untuk raka'at kedua dan imam lalu duduk menunggu mereka selesai. Apabila mereka sudah selesai membaca tasyahud, imam memberi salam bersama-sama dengan mereka.
Shalat dengan cara seperti diatas telah diatur dan dilakukan oleh Rasulullah bersama dengan sahabat-sahabat beliau di medan perang yang dinamakan "Zatur-Riqa".
Sabda Rasulullah SAW:
"Dari Saleh bin Khauwat dari orang yang shalat bersama-sama dengan Nabi SAW di masa perang "Zatur-Riqa", katanya: Sesungguhnya sebagian berbaris bersama-sama dengan Nabi SAW dan sebagian lagi menghadapi musuh, maka Nabi SAW shalat satu raka'at bersama-sama dengan barisan yang di belakang beliau. Kemudian beliau berdiri menunggu, maka barisan pertama lalu meneruskan shalat, kemudian mereka pergi menjaga musuh da datang sebagian kedua yang tadinya menjaga musuh. Nabi SAW shalat bersama-sama dengan mereka satu raka'at pula, memyempurnakan shalat beliau. Kemudian mereka menyempurnakan shalat masing-masing, lalu Nabi SAW memberi salam bersama-sama dengan mereka. HR.Jama'ah kecuali Ibnu Majah".
2. Cara yang kedua, ketika musuh ada di sebelah kiblat berarti sekiranya musuh datang menempur ketika mereka sedang shalat niscaya akan dapat dilihat. Jika sekiranya terjadi seperti itu, maka pimpinan hendaknya mengatur tentaranya menjadi dua saf (dua barisan), imam shalat bersama-sama dengan kedua saf itu, membaca takbiratul-ihram bersama-sama membaca bacaan bersama-sama, ruku' bersama-sama sampai i'tidal raka'at pertama. Kemudian apabila imam sujud hendaklah sujud pula salah satu dari kedua saf itu mengikut imam, dan saf yang lain tetap berdiri menjaga musuh. Apabila imam dan salah satu saf yang mengikut imam itu berdiri dari sujud untuk raka'at kedua, maka saf yang menjaga tadi hendaklah sujud dan segera bangkit menghubungi imam pada raka'at kedua untuk membaca bacaan ruku' dan i'tidal bersama-sama. Apabila imam sujud hendaklah saf yang pada raka'at pertama menjaga sujud pula dan yang tadinya sujud bersama imam, sekarang hendaklah menjaga musuh; apabila imam duduk maka saf yang menjaga itu hendaklah sujud, kemudian duduk pula untuk memberi salam bersama-sama dengan imam dan saf yang telah duduk bersama imam tadi.
Kalau tentara muslimin itu banyak tidak ada halangan diatur beberapa saf berarti tidak mesti hanya dua saf saja, tetapi yang penting hendaklah di waktu imam sujud saf-saf itu berganti-ganti mengikut imam sujud dan yang lain menjaga musuh. Umpamanya ada tiga saf hendaklah satu setengah saf mengikut imam dan satu setengah menjaga musuh. Dan apabila saf itu dijadikan empat hendaklah berganti-ganti dua saf mengikut imam dan dua saf yang lain menjaga musuh, begitu seterusnya.
Cara shalat takut tersebut adalah cara yang diatur Rasulullah SAW ketika ada dalam peperangan "Usfar" menurut riwayat Abu Daud dan lainnya.
Sabda Rasulullah SAW:
"Dari Jabir, katanya: Saya menyaksikan bersama-sama dengan Rasulullah akan shalat khauf, beliau atur kami menjadi dua saf di belakang beliau, sedang musuh diantara kami dengan kiblat, beliau membaca takbiratul-ihram, kami pun semua membaca takbir pula, kemudian beliau ruku', kami pun ruku' semuanya. Kemudian beliau bangkit dari ruku', kami pun bangkit pula semuanya. Kemudian beliau sujud beserta satu saf dan saf yang lain tetap berdiri menjaga musuh. Sesudah selesai beliau sujud beserta saf yang bersama beliau, saf yang lain yang tadinya menjaga, terus sujud lantas berdiri. Kemudian saf yang di belakang maju ke depan dan saf yang di depan mundur ke belakang kemudian beliau ruku', kami pun ruku sekalian. Kemudian beliau bangkit, kami pun bangkit. Kemudian beliau sujud beserta saf yang dekat beliau dan saf lain yang tadinya sujud bersama-sama dengan beliau menjaga musuh. Sesudah beliau selesai dari sujud bersama-sama dengan saf yang dekat beliau itu, saf yang lain yang tadi menjaga musuh lalu sujud pula; kemudian beliau memberi salam, kami pun memberi salam pula semuanya. HR.Ahmad, Muslim, Ibnu Majah dan Nasai".
3. Cara yang ketiga, apabila keadaan sudah sangat menakutkan dan mengkhawatirkan sehingga untuk membagi tentara berbaris-baris itu tidak mungkin lagi dijalankan karena banyaknya musuh pada semua pihak atau pertempuran sedang berkorbar, sehingga orang yang berkendaraan tidak dapat turun lagi dari kendaraannya, begitu pula orang yang berjalan kaki sudah tidak dapat berpaling ke kiri atau ke kanan, maka ketika keadaan sudah sedemikian rupa, masing-masing dari bala tentara boleh shalat sendiri-sendiri menghadap kiblat atau tidak menghadap kiblat, sambil berjalan kaki atau berkendaraan. Ringkasnya boleh shalat menurut kemungkinan masing-masing karena shalat tidak boleh ditinggalkan dan melawan musuh membela diri pun tidak dapat pula diabaikan.
Firman Allah SWT:
"Jika engkau sangat takut, shalatlah sambil berjalan kaki atau berkendaraan, apabila kamu sudah aman kembali shalatlah sebagaimana biasa menurut ajaran Allah. QS.Al-Baqarah:239".
Menurut Tafsir Ibnu 'Umar, yang dimaksud dengan "berjalan kaki atau berkendaraan" dalam ayat tersebut menghadap atau tidak menghadap kiblat.
Sabda Rasulullah SAW:
"Dari Ibnu 'Umar, sesungguhnya Rasulullah SAW telah menerangkan shalat takut, kata beliau: Kalau keadaan takut itu sudah sedemikian rupa, maka shalatlah berjalan kaki atau berkendaraan. HR.Ibnu Majah".
Tag :
fiqih,
kitab shalat
0 Komentar untuk "Shalat Takut / Shalatul Khauf (Kitab Shalat Bagian 61)"
Silahkan Beri Komentar Pada Setiap Postingan Disini Karena Komentar Anda Sangat Berarti Demi Kepentingan Bersama dan Blog ini Tapi Alangkah Baik dan Indahnya Jika Berkomentar Dengan Adab dan Sopan Santun. Jika artikel ini bermanfaat, mohon bantu di share ya dan tolong bantu klik iklannya.
"Please, Don't SPAM"